Sabtu, 13 Januari 2018

Estimasi Populasi Gastropoda

Estimasi Populasi  Gastropoda di Sungai Tambak Bayan  Yogyakarta

INTISARI
Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem
per airan  sehubungan  dengan  perannya  sebagai  organisme  kunci  dalam  jaring
makanan.  Tingkat  keanekaragaman  yang  terdapat  di  lingkungan  perairan  dapat
digunakan  sebagai  indikator  pencemaran.  Sebagaimana  kehidupan  biota  lainnya,
penyebaran jenis dan  populasi komunitas bentos  ditentukan  oleh  sifat fisika, kimia,
dan  biologi  per airan.  Penelitian ini ber tujuan  untuk  mempelajari  penerapan  metode
tanpa  plot  (plotless)  untuk  mengestimasi  populasi  gastropoda,  serta  mempelajari
korelasi  antara  beberapa  tolokukur  lingkungan  dengan  populasi  makrobentos
(gastropoda).  Penelitian  dilaksanakan  pada  tanggal  11  Maret  2011  di  Sungai
Tambak  Bayan,  Yogyakarta.  Metode  yang  digunakan  adalah  plotless  ( tanpa  plot)
dengan  menggunakan  tongkat  sebagai  titik  pengambilan  cuplikan  secara  acak.
Dilakukan  pengambilan  parameter  kimia,  fisika,  dan  biologi  pada  tiga  stasiun
pengamatan  sebagai  tolokukur  lingkungan.  Hasil  pengamatan  didapatkan  bahwa
densitas gastr opoda pada stasiun II mer upakan yang paling tinggi dengan perincian
stasiun  I    0,0181  ind/m
,  stasiun  II    3574,3  ind/m
,  dan  stasiun  III    3,6466  ind/m
.
2
2
2
Adanya  kelompok  bentos  yang  hidup  menetap  dan  daya  adaptasi  yang  bervariasi
menandakan bahwa kualitas air di Sungai Tambak Bayan masih tergolong baik.
Kata  kunci  :  Densitas  gastropoda,  estimasi  populasi,  makr ozoobentos,  plotless,
Sungai Tambak Bayan.
PENDAHULUAN
Sungai  di  Indonesia  umumnya  mempunyai  sifat  multiguna,  mulai  dari
keperluan rumah tangga,  keperluan hewan  (mandi, minum),  transportasi  pengair an,
dan  sebagainya.  Kebanyakan  sungai  di  Indonesia  telah  mengalami  penurunan
fungsi akibat berbagai aktivitas manusia ini masih merupakan sumber daya perairan
yang  kaya  akan  organisme  air  (Widaningroem,  2010).  Kehidupan  di  ai r  dijumpai
tidak hanya pada badan air tapi juga pada dasar air yang padat. Di dasar  air , jumlah
kehidupan sangat terbatas karena ketersediaan nutrient yang terbatas. Oleh karena
itu,  hewan  yang  hidup  di  air  dalam  hanyalah  hewan -hewan  yang  mampu  hidup
dengan  jumlah  dan  jenis  nutrient  terbatas,  sekaligus  bersifat  bartoleran  (Isnaeni,
2002).
Mahasiswa Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
1
)
1



Jurnal Ekologi Perairan
Laboratorium Ekologi Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM
Th 2011 No. 1 : 1-7
Hewan  yang  hidup  di  dasar  perairan  adalah  makr ozoobentos.
Makrozoobentos  merupakan  salah  satu  kelompok  terpenting  dalam  ekosistem
per airan  sehubungan  dengan  peranannya  sebagai  organisme  kunci  dalam  jaring
makanan.  Selain itu  tingkat  keanekar agaman yang terdapat  di  lingkungan  perairan
dapat digunakan sebagai indikator pencemaran. Hewan bentos seringkali digunakan
sebagai  petunjuk bagi  penilaian kualitas  air.  Jika  ditemuka n  limpet air  tawar,  kijing,
kerang,  cacing  pipih  siput  memiliki  operkulum  dan  siput  tidak  beroperkulum  yang
hidup  di  perairan  tersebut  maka  dapat  digolongkan  kedalam  perairan  yang
ber kualitas sedang (Pratiwi dkk, 2004).
Makrobentos  memiliki  peranan  ekologis  dan  struktur  spesifik  dihubungkan
dengan makrofita air yang merupakan materi autochthon. Karakteristik dari masing -
masing  bagian  makrofita  akuatik  ini  bervariasi,  sehingga  membentuk  substratum
dinamis  yang  komplek  yang  membantu  pembentukan  interaksi -interaksi
makroinvertebrata  terhadap  kepadatan  dan  keragamannya  sebagai  sumber  energi
rantai makanan pada perairan akuatik. Menurut Welch (1980), kecepatan arus akan
mempengaruhi  tipe  substratum,  yang  selanjutnya  akan  berpengaruh  ter hadap
kepadatan dan keanekaragaman makrobentos.
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam
dalam  bentuk  jumlah  atau  biomassa per  unit,  atau  persatuan  luas  atau  persatuan
volume  atau  persatuan  penangkapan.  Kepadatan  pupolasi  sangat  penting  diukur
untuk  menghitung  produktifitas  dan  untuk  membandingkan  kepadatan  suatu  jenis
dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. (Suin.N.M,1989).
Sebagaimana  kehidupan  biota  lainnya,  penyebaran  jenis  dan  populasi
komunitas  bentos  ditentukan  oleh  sifat  fisika,  kimia  dan  biologi  perairan.  Sifat  fisik
per airan  seperti  kedalaman,  kecepatan  arus,  warna,  kecerahan  dan suhu  air.  Sifat
kimia  perairan  antara  lain,  kandungan  gas  terlarut,  bahan  organik,  pH,  kandungan
har a  dan  faktor  biologi  yang  berpengaruh  adalah  komposisi  jenis  hewan  dalam
per airan  diantaranya  adalah  produsen  yang  merupakan  sumber  makanan  bagi
hewan  bentos  dan  hewan  predator  yang  akan  mempengaruhi  kelimpahan  bentos
(Setyobudiandi, 1997).
Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mempelajari  penerapan  metode  tanpa  plot
(plotless)  untuk  mengestimasi  populasi  gastropoda,  serta  mempelajari  korelasi
antara beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi makrobentos (gastropoda) .
METODOLOGI
Penelitian  dilaksanakan  pada  Jumat,  11  Maret  2011  pukul  13.30  sampai
dengan  pukul  17.00  WIB  di  Sungai  Tambak  Bayan  Yogyakarta   di  tiga  stasiun
pengamatan  pada  penggal  sungai  yang  sama.  Metode  yang  digunakan  adalah
plotless  (metode  tanpa  plot)  dengan  menancapkan  tongkat  ke  dasar  perairan
sebagai titik pengambilan cuplikan secara acak.
Pada  masing- masing  stasiun  dilakukan  pengamatan  beberapa  parameter
lingkungan  sebagai  tolokukur  yaitu  parameter   fisika,  meliputi  suhu  dan  kecepatan
2



Jurnal Ekologi Perairan
Laboratorium Ekologi Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM
Th 2011 No. 1 : 1-7
arus; parameter kimia, meliputi derajat keasaman (pH),  kadar oksigen terlarut (DO),
kadar  karbondioksida  bebas,  serta  alkalinitas;  dan  parameter  biologi,  meliputi
organisme yang ada di lokasi pengamatan.
Kerapatan  (densitas)  populasi  gastropoda  dinyatakan  dalam  dalam  bentuk
biomassa per satuan luas, dan dihitung  dengan menggunakan rumus :
( ? -1)
D
2
D
D =
=
( ? -2)
?
?
2
? ?
? ? =  ?( ? ?)
Y =
? =1
S = jumlah titik cuplikan yang diambil
D
= estimasi kerapatan (densitas) gastropoda
X = jarak terdekat gastropoda dengan titik yang ditentukan secara acak
Y = luas area kajian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sungai  Tambak  Bayan  merupakan  sungai  yang  berhilir  di  Embuk
Tambakboyo. Genangan sungai ini meliputi Desa Condongcatur, Kecamatan Depok,
Kabupaten  Sleman.  Sungai ini biasa  digunakan oleh warga sekitar  untuk keperluan
rumah  tangga,  keperluan  hewan  (mandi,  minum),  bermain,  dan  sebagainya. Meski
telah  mengalami  penurunan  fungsi  dalam  ekosistem  karena  berbagai  aktivitas
manusia sungai ini memiliki warna air yang cukup jernih. Dasar sungai pada stasiun
satu tampak berbatu dengan kedalaman kurang lebih 0,5 meter.
Berdasarkan  hasil  pengamatan  diperoleh  indeks  kerapatan  (densitas)
gastropoda pada stasiun I dan  stasiun III tergolong  rendah yaitu 0,0181  ind/m
dan
2
3,6466  ind/m
,  hanya  stasiun  II  yang  memiliki  indeks  densitas  yang  cukup  tinggi
2
yaitu  3574,3  ind/m
.  Perbedaan  tingkat  kerapatan  populasi  gastropoda  ini
2
disebabkan  adanya  perbedaan  jenis  substrat  dan  parameter  lingkungan  lainnya.
Berdasarkan  hasil  pengukuran  faktor  abiotik  dan  faktor  biotik  pada  ketiga  stasiun
tidak sama.
3



Jurnal Ekologi Perairan
Laboratorium Ekologi Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM
Th 2011 No. 1 : 1-7
4000
3500
3000
Densitas
2500
Gastropoda
2000
(ind/m2)
1500
1000
500
0
0 1 2 3 4
Grafik 1 Perbandingan Stasiun Dengan Densitas Gastropoda
Dari  ketiga  stasiun  pengamatan,  stasiun  I  menunjukkan  nilai  densitas
terendah.  Rendahnya  kerapatan  ini  menunjukkan  bahwa  lingkungan  perairan  pada
stasiun  I  tidak kondusif  untuk  kehidupan gastropoda  yang  ada  di  dalamnya. Hal ini
disebabkan  karena  pada  stasiun  I  didapatkan  kondisi  sungai  yang  telah
dimanfaatkan untuk banyak kebutuhan  manusia sehingga terjadi degradasi kualitas
ekosistem dan terjadi pencemaran bahan -bahan yang tidak disukai gastropoda atau
organisme  lainnya.  Bur uknya  kualitas  air  jika  dibandingkan  dengan  stasiun  lain  ini
dibuktikan  dengan tidak adanya keragaman spesies  pada  stasiun ini.  Pada  stasiun
ini hanya ditemukan satu jenis gastropoda yaitu keong.
Stasiun  II  indeks  densitas  gastropodanya  merupakan  yang  paling  tinggi.
Kerapatan populasi pada stasiun II lebih tinggi  karena jenis substrat berupa batuan,
lumpur, dan pasir. Selain itu kandungan oksigen terlarut (5,53 ppm)  lebih tinggi dari
kandungan  CO
bebas  (4,3 ppm) . Pada  stasiun  I dan  II  kandungan oksigen terlar ut
2
lebih  rendah  daripada  kandungan  karbondioksidanya.  Oksigen  dibutuhkan
organisme  dalam  melakukan  proses  respirasi.  Sedangkan  pada  stasiun  III  indeks
densitas  gastr opoda  menurun.  Hal  ini  wajar  dikar enakan  kandungan  nutrient
per airan terkikis seiring berjalannya arus.
Tampak  bahwa  faktor  lingkungan  yang  paling  berpengar uh  adalah  jenis
subsr at  dasar,  kandungan  oksigen  terlarut,  kandungan  karbondioksida,  serta
kedalaman dan  kecerahan  air.  Sedang  faktor yang  kurang berpengaruh  adalah pH
substrat, suhu air dan suhu udara. Hal ini didasarkan pada pengukuran faktor -faktor
abiotik  pada  tiap  stasiun  bahwa  pH  substrat,  suhu  air,  dan  suhu  udara  hasilnya
relatif sama dan masih dalam ambang batas untuk hidup.
4



Jurnal Ekologi Perairan
Laboratorium Ekologi Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM
Th 2011 No. 1 : 1-7
Tabel 1. Parameter Lingkungan Sungai Tambak Bayan Pada Tiga Stasiun
Parameter Fisika  Stasiun I  Stasiun II  Stasiun III
Suhu Udara (C
)  26,7  29  25
O
Suhu Air (C
)  27  28  27
O
Kecepatan Arus (m/s)  0,68  1,063  0,36
Parameter Kimia  Stasiun I  Stasiun II  Stasiun III
pH  6,9  6,9  6,9
DO (ppm)  8  5,53  6,64
CO
(ppm)   19  4,3  16,6
2
Alkalinitas (ppm)  92,8  96  105
Kandungan  gas  oksigen  dalam  air  merupakan  salah  satu  penentu
karakteristik  kualitas  air  yang  terpenting  dalam  kehidupan  akuatis.  Konsentr asi
oksigen  dalam air mewakili status kualitas air pada tempat  dan waktu tertentu (saat
pengambilan sampel  air). Keberadaan dan besar kecilnya muatan oksigen di  dalam
air dapat dijadikan indikator ada atau tidaknya pencemaran di suatu perairan (Asdak,
2004).  Kandungan  oksigen  terlarut  (DO)  penelitian  berkisar  antara  5,53  ppm
8
ppm di masing-masing stasiun, dengan kadar oksigen paling rendah pada stasiun II.
Rendahnya kadar oksigen terlarut pada perairan sungai Tambak Bayan dikarenakan
substrat  perairan  sebagian  besar  berupa  pasir  dan  lumpur .  Ukuran  partikel  yang
sangat  halus disertai dengan  sudut dasar  sedimen  yang  datar  menyebabkan  air  di
dalam  sedimen  tidak  mengalir  keluar  dan  tertahan  di  dalam  substrat.  Hal  ini  akan
menghasilkan penurunan kadar oksigen. Semakin tinggi sedimentasi maka semakin
ber kurang kandungan oksigen terlarut.
Suhu  dapat  menjadi  faktor   penentu  atau  pengendali  kehidupan  flora  dan
fauna  akuatis,  terutama  suhu  di  dalam  air  yang  telah  melampaui  ambang  batas
(terlalu hangat  atau dingin). Jenis, jumlah, dan  keberadaan  flora  dan fauna  akuatis
seringkali  berubah  dengan  adanya  perubahan  suhu  air,  terutama  oleh  adanya
kenaikan  suhu  dalam  air.  Dari  hasil  pengukuran  suhu  diketahui  bahwa  suhu  pada
ketiga  stasiun  pengamatan  berkisar  antara  25
C
27
C.  Kisaran  suhu  yang  sesuai
0
0
untuk  pertumbuhan  makrozoobentos  menurut  Hutabarat  dan  Evans  (1985)  siklus
temperatur untuk kehidupan organisme perairan berkisar 26
C
31
C.
0
0
Nilai  pH  menunjukkan  banyaknya  konsentrasi  ion  hidrogen  (H
)  di  dalam
+
tanah.  Makin  tinggi  kadar   ion  H
di  dalam  tanah,  semakin  masam  tanah  tersebut.
+
Pada tanah  yang alkalis kandungan OH
lebih  banyak daripada H
. Bila kandungan
-
+
H
dan  OH
sama,  maka  bersifat  netral.  PH  substrat  dasar  pada  ketiga  stasiun
+
-
pengamatan sama yakni 6,9 (bersifat netral) yang memungkinkan  gastropoda  hidup
di dalamnya. PH diliuar ambang batas dapat menyebabkan menurunnya daya taha n
5



Jurnal Ekologi Perairan
Laboratorium Ekologi Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM
Th 2011 No. 1 : 1-7
terhadap  stress.  Menurut  Widiastuti  (1983)  kisaran  pH  substrat  yang  layak  bagi
kehidupan or ganisme perairan berkisar
antara 6,6 sampai 8,5.
Kandungan CO
terlarut pada ketiga stasiun sangat tinggi. Pada stasiun I dan
2
III masing-masing diatas 12 ppm yakni 19 ppm dan 16,6 ppm. Hanya pada stasiun II
yang normal atau dibawah 12 ppm  yang masih dapat di itolerir organisme perairan.
Jika berada diatas  12  ppm  maka biota  perairan  akan mengalami tekanan  fisiologis
khususnya makrobentos.
Penelitian  ini  bermanfaat  untuk  mengetahui  tingkat  pencemaran  atau
kemurnian  (indikator)  suatu  per airan.  Interaksi  antar  semua  komponen  ekosistem
yang  berada  dalam  sungai  tersebut  memungkinkan  terjadinya  proses  daur  ulang
secar a  alami,  bahkan  pencemar  yang  tidak  bernilai  bagi  manusia  menjadi  bahan
ber nilai yang terkandung dalam biomassa tumbuhan dan hewan.
KESIMPULAN
Dari  hasil  penelitian  yang  dilakukan  didapatkan  bahwa  untuk  mengestimasi
populasi gastropoda dapat menggunakan metode plotless (tanpa plot). Berdasarkan
hasil  pengukuran  parameter  lingkungan  Sungai  Tambak  Bayan  didapatkan  suhu
udara berkisar antar a 25
C-29
C, suhu air 27
C-28
C, kecepatan arus berkisar anta
0
0
0
0
0,36 m/s-1,063m/s, pH 6,9,  DO berkisar antara 5,3  ppm-8ppm,  COD  4,3 ppm
19
ppm,  dan  alkalinitas  berkisar  antara  92,8  ppm
105  ppm  dan  indeks  densitas
populasi gastropoda berkisar antara 0,0181 ind/m
- 3574,3 ind/m
dengan stasiun II
2
2
merupakan yang paling tinggi, sedangkan yang paling rendah adalah stasiun I.
Adanya  kelompok  bentos  yang  hidup  menetap  (sesile)   dan  daya  adaptasi
yang  bervariasi  menandakan  bahwa  kualitas  air  di  Sungai  Tambak  Bayan  masih
tergolong  baik.  Terdapat  korelasi  antara  faktor  fisik  dan  kimia  terhadap  estimasi
populasi gastropoda. Semakin tinggi kadar CO
, maka kepadatan populasi semakin
2
rendah.  Semakin  tinggi  kadar  O
dan  kecerahan  air  maka  kepadatan  populasi
2
semakin tinggi.
SARAN
Penelitian  ini  diharapkan  dapat  menjadi  acuan  dilakukannya  penelitian
selanjutnya  yang  sejenis  untuk  menjaga  kualitas  lingkungan  perair an  di  Sungai
Tambak  Bayan.  Meskipun  masih  tergolong  baik  namun  meningkatnya  aktivitas
manusia  di  bantaran  sungai  dalam  pemenuhan  kebutuhannya  mengancam
terjadinya  degradasi  kualitas  lingkungan  perairan  sehingga  perlu  dilakukan
pengelolaan  terpadu  untuk  menjaganya  agar  tetap  terpelihara  dengan  baik  dan
terkontrol.
6



Jurnal Ekologi Perairan
Laboratorium Ekologi Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM
Th 2011 No. 1 : 1-7
DAFTAR PUSTAKA
Asdak,  C.  2004.  Hidrologi  dan  Pengelolaan  Daerah  Aliran  Sungai.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Hutabarat,  S,  &  S.  M.  Evans,  1985.  Pengantar  Oseanografi.  Jakarta:  Universitas
Indonesia Press.
Isnaeni, W. 2002. Fisiologi Hewan. Semarang: Universitas Negeri Semar ang.
Pratiwi, N, Krisanti, Nursiyamah, I. Maryanto, R. Ubaidillah, & W. A. Noerdjito. 2004.
Panduan  Pengukuran  Kualitas  Air  Sungai.  Bogor:  Institut  Pertanian
Bogor.
Setyobudiandi, I. 1997. Makrozoobentos. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Suin, Nurdin Muhammad.1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta
Welch, S. 1980. Lim nology. New York: Mc Graw Hill Book Company.
Widaningroem, Retno. 2010. Pengertian, Konsep dan Jenis Sumberdaya Perikanan.
Bahan  Ajar   Pengantar  Ilmu  Perikanan.  Yogyakarta  :  Universitas  Gadjah
Mada.
Widiastuti,  E.  1983.  Kualitas  Air  Kali  Talung  Rintingan  dan  Kelimpahan  Hewan
Makr ozoobentos. Thesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
7